Salah satu tahapan mitigasi konflik manusia dan harimau adalah pelepasliaran kembali harimau yang telah tertangkap saat terjadinya konflik. Tahapan ini membutuhkan analisa yang kuat agar harimau yang dilepasliarkan tidak akan kembali ke area pemukiman. Di sisi yang sama, area pelepasliaran juga perlu dipastikan dapat menjadi habitat yang ideal bagi harimau tersebut.
Awal Bulan Oktober 2022, BKSDA Sumatera Barat bersama Yayasan SINTAS Indonesia mengadakan Pelatihan kajian lokasi pelepasliaran untuk harimau sumatera kepada staff UPT KSDAE se-Sumatera. Diharapkan para staff dapat melakukan analisa lokasi layak lepas liar bagi harimau sumatera dalam upaya mitigasi konflik manusia-harimau. Pelatihan ini diadakan di Kota Padang, Sumatera Barat yang diikuti oleh 19 orang sttaf UPT KSDAE se-Sumatera.
Kepala Balai KSDA Riau Sumatera Barat Ardi Andono, S.TP., M. Sc. menjelaskan proses pelepasliaran harimau sumatera saat terjadi konflik.
Pelatihan ini disajikan dalam dua sesi, yaitu pemberian materi dan praktek. Materi terkait analisa yang digunakan untuk kajian pelepasliaran diberikan oleh Direktur Yayasan Sintas Indonesia, Hariyo T. Wibisono. Pada pelatihan ini, peserta mempraktekkan penggunaan software GIS (dalam pelatihan ini menggunakan ArcGIS) dan software untuk pemodelan menggunakan Maximum Entropi (Maxent). Dengan adanya praktek penggunaan perangkat lunak ini, diharapkan dapat memudahkan peserta saat melakukan analisa di wilayah kerjanya masing-masing.
Melalui pelatihan ini, peserta dapat memahami proses kajian secara spasial sehingga memaksimalkan upaya mitigasi konflik harimau sumatera. Selain itu juga mempermudah proses pelepasliaran harimau sumatera dengan pertimbangan dari hasil kajian yang telah dilakukan.
Diharapkan para staff dapat melakukan analisa lokasi layak lepas liar bagi harimau sumatera dalam upaya mitigasi konflik manusia-harimau.