Paling Misteri: Kelinci Belang Sumatera, Si Paling Langka di Dunia

Kucing belang sumatera (Nesolagus netscheri).
Foto oleh BKSDA Sumatera Barat, SINTAS Indonesia dan San Diego Zoo Wildlife Alliance

OLEH Ahmad Fakhri  – Kelinci belang sumatera adalah salah satu satwa endemik di Pulau Sumatera yang masih minim akan informasi. Kelinci belang sumatera dengan nama latin Nesolagus netscheri memiliki nama lain sebagai kelinci belang sumatera (Sumatran Striped Rabbit) atau kelinci telinga pendek sumatera (Sumatran Short-eared Rabbit). Dikutip dalam Cabinet Magazine yang ditulis oleh Jeffrey Kastner menyebutkan kelinci ini sebagai kelinci paling langka di dunia. Informasi yang didapatkan hanya berasal dari koleksi dari museum, penemuan oleh masyarakat, dan beberapa penemuan melalui kamera jebak.

Kelinci belang sumatera berada di genus yang sama dengan kelinci belang annam (Nesolagus timminsi) di genus Nesolagus. Kelinci belang annam berasal dari Pegunungan Annam di Laos dan Vietnam. Kelinci belang sumatera memiliki tubuh kecil dengan panjang diperkirakan 40 cm. Kelinci ini memiliki warna abu-abu dengan terdapat corak garis-garis hitam dan kecoklatan, ekor berwarna merah, perut berwarna putih, serta bertelinga pendek. Kelinci ini diduga tersebar di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan berdasarkan informasi temuan yang ada hingga saat ini. Informasi yang ada menyebutkan kelinci ini aktif pada malam hari dan menghabiskan waktu siang di dalam lubang. Kelinci ini akan keluar ketika sudah gelap untuk memakan vegetasi rendah di hutan.

Foto kelinci belang sumatra dari tangkapan kamera jebak.

  1. Nagari Sontang Cubadak, Padang Gelugur, Kabupaten Pasaman

Tim survei pada lokasi pertama ini terdiri dari 5 anggota dan 2 guide yang mendampingi selama melakukan survei. Banyak hal dan juga pengalaman baru yang didapatkan selama mengikuti survei lokasi pertama ini. Bagi saya sendiri ini juga menjadi pengalaman pertama menembus pedalaman hutan dan melakukan survey okupansi. Masing-masing dari kami diberikan tugas untuk melakukan pendataan di lapangan. Ada yang bertugas untuk menghitung bukaan tajuk menggunakan densiometer, mengambil titik lokasi identifikasi jejak atau tanda, dan mengambil foto lapangan sebagai bukti dokumentasi.

Survey yang dilakukan di Nagari Sontang Cubadak memakan waktu kurang lebih selama tujuh hari. Kami juga bertemu dan berdiskusi dengan komunitas COP (Centre for Orangutan Protection) yang juga merupakan penggerak di bidang konservasi satwa. Selama melakukan survei di Nagari Sontang tidak ada kendala yang ditemukan dan berjalan dengan lancar. Selama kegiatan survei kami menemukan temuan baik langsung maupun tidak langsung beberapa spesies seperti tapir, kijang, babi, rangkong, kera, rusa, beruang, kucing hutan. Sayangnya kami tidak menemukan jejak atau tanda harimau sumatera di daerah ini.

Lanskap lokasi survei ini cukup beragam, yaitu perkebunan sawit, ladang perkebunan, dan ladang pertanian semusim. Juga terdapat sumber mata air dan aliran sungai di Nagari Sontang cubadak. Di lain sisi kami pun menemukan perambahan hutan untuk dijadikan sebagai perkebunan kopi di beberapa lokasi.

Spesimen Kelinci Belang Sumatera. Foto oleh Ahmad Fakhri Biologi Unand.

Kelinci belang sumatera memiliki status Data Deficient (DD) menurut assessment IUCN Red List pada hasil asesmen tahun 2018. Hasil penilaian menunjukan masih banyak informasi yang belum didapatkan dari mengenai satwa liar ini. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui distribusi, populasi, habitat, dan ancamannya. Kerusakan dan fragmentasi habitat diduga menjadi ancaman bagi habitat kelinci belang sumatera.

Penemuan kelinci belang sumatera sudah ada sejak dahulu dalam budaya yang dibuktikan dengan adanya nama lokal di berbagai suku di Pulau Sumatera. Penggalian informasi lebih lanjut mengenai kelinci ini perlu dilakukan secepatnya dikarenakan potensi-potensi ancaman yang telah terjadi saat ini. Informasi dari penelitian kelinci ini juga diperlukan dalam penyusunan rencana aksi konservasi bersama satwa eksotik lainnya di Pulau Sumatera.

Foto kelinci belang sumatra dari tangkapan kamera jebak.

Sumber:
The World’s Rarest Rabbit – The Disappearance Nesalogus netscheri by Jeffrey Katsner from www.cabinetmagazine.org/
McCarthy, J., Holden, J., Martyr, D. & McCarthy, K. 2019. Nesolagus netscheri 2019: e.T14662A45178557. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2019-2.RLTS.T14662A45178557.en. Accessed on 10 May 2023.