Selagi masih ada yang bisa diambil, kenapa tidak?

Salah satu dusun di Desa Lobu Tayas yang terkena dampak konflik.

OLEH Tengku Lidra – Tim SINTAS melakukan perjalanan SWTS (Sumatra-Wide Tiger Survey) di Desa Lobu Tayas, Kecamatan Aek Bilah, Kabupaten Tapanuli Selatan. Desa tersebut pernah mengalami kejadian interaksi negatif antara manusia dengan harimau. Kejadian tewasnya salah satu warga (Saipul, 60 tahun) diduga karena diterkam oleh harimau sumatra. Warga menemukan beberapa jerat di sekitar lokasi tewasnya korban. Selain itu, ada juga warga yang mengatakan bahwasanya beliau tergiur uang untuk membantu pemburu menjerat harimau, namun sayangnya harus berujung hilangnya nyawa beliau.

Kami datang ke desa tersebut, 20 hari setelah kejadian bersama Abang Regar Parbabiat, salah satu anggota dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara. Kami membantu beliau melakukan pengecekan perangkap lubang/pitfall trap untuk menangkap harimau yang diduga menerkam Saipul. Perangkap tersebut kosong dan tanda keberadaan satwa harimau juga tidak ditemukan. Setelah mengecek perangkap, Abang Regar melepaskan kayu yang dipancangkannya di dusun kejadian konflik. Sebelumnya, beliau menyampaikan kepada masyarakat sekitar bahwa kayu yang dipancangkan tersebut memiliki kekuatan untuk menangkal datangnya harimau. Hal tersebut bertujuan untuk membuat masyarakat merasa tenang selain dengan memasang perangkap. Kami dan tim lainnya mengetahui bahwa kayu yang dipancangkan tidak memiliki kemampuan apapun, melainkan untuk mensugesti masyarakat agar berani beraktifitas secara normal kembali.

Kami datang ke desa tersebut, 20 hari setelah kejadian bersama Abang Regar Parbabiat, salah satu anggota dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara. Kami membantu beliau melakukan pengecekan perangkap lubang/pitfall trap untuk menangkap harimau yang diduga menerkam Saipul. Perangkap tersebut kosong dan tanda keberadaan satwa harimau juga tidak ditemukan. Setelah mengecek perangkap, Abang Regar melepaskan kayu yang dipancangkannya di dusun kejadian konflik.

Sebelumnya, beliau menyampaikan kepada masyarakat sekitar bahwa kayu yang dipancangkan tersebut memiliki kekuatan untuk menangkal datangnya harimau. Hal tersebut bertujuan untuk membuat masyarakat merasa tenang selain dengan memasang perangkap. Kami dan tim lainnya mengetahui bahwa kayu yang dipancangkan tidak memiliki kemampuan apapun, melainkan untuk mensugesti masyarakat agar berani beraktifitas secara normal kembali.

Beliau menyampaikan kepada warga agar tidak sendirian, minimal berdua, selalu membawa senjata tajam, dan juga tidak pulang terlalu sore selepas beraktifitas dari kebun atau ladang.

Perangkap jebak yang dipasang BBKSDA Sumatera Utara bersama para warga.

Tujuan utama survei awal ini adalah bertemu dan berdiskusi dengan Kepala Desa Lobu Tayas. Beliau menyampaikan bahwa warga masih takut untuk beraktifitas jauh dari kampung karena kajadian tersebut. Akhirnya, tim memutuskan untuk melakukan survei di lokasi yang sudah ditentukan empat bulan lagi.

Tim survei dijamu oleh warga lokal.

Sampainya di sana kami disambut oleh salah satu kepala dusun. Beliau mengarahkan kami ke salah satu rumah warga yang muslim. Kami berdiskusi dengan kepala dusun dan beberapa warga di sana mengenai kegiatan yang akan kami lakukan. Hasil diskusinya, kami akan dibantu oleh dua orang warga lokal untuk melakukan survei selama tiga hari mendatang.

Pak Aman, adalah salah satu warga lokal yang membantu kami. Beliau membawa tas anyaman plastik yang didalamnya ada botol minum. Menurut kami, botol yang digunakan cukup unik, yaitu bekas botol herbisida (roundup) yang sudah dibersihkan.

Jerat sling di pinggir sungai.

Empat bulan sudah berlalu, tim melakukan survei SWTS bersama beberapa warga lokal. Alhasil, tim tidak menemukan keberadaan jejak satwa harimau baik di lokasi konflik, maupun di dalam hutan. Kami menemukan beberapa jerat sling yang diduga digunakan untuk menjerat satwa yang memakan durian. Sling tersebut dipasang di sepanjang jalan setapak yang pohon duriannya sedang berbuah. Kejadian konflik yang telah terjadi empat bulan lalu tidak membuat para pemburu lokal trauma. Hal ini dibuktikan dengan jerat yang masih dipasang.

Tim memusnahkan semua jerat yang ada di sana, dan membawanya pulang beserta durian yang sudah jatuh dan masak.